Somehow, kini saya telah
berada di semester VII perkualiahan. Berhubung banyak waktu kosong, saya
mengisinya dengan kerja sampingan. Alhamdulillah, ada penghasilan tambahan,
yang lebih dari cukup untuk memenuhi hasrat dan hobi di bidang komputer. Salah
satunya dengan membeli keyboard mekanik.
Well, ada beberapa
perbedaan signifikan antara keyboard biasa dan keyboard mekanik. Keyboard yang
saya pakai sebelumnya, Logitech K100, merupakan tipe keyboard membran. Tipe switch
ini memiliki ketahanan yang kecil (kurang tahan lama), dan memiliki efek
ghosting. Secara lebih jelas, mungkin Anda perlu melihat referensi luar
mengenai perbedaan keyboard tipe membrane dome dengan tipe mekanik. Dua hal
yang saya suka dari keyboard lama saya adalah konektor yang digunakan (PS2,
lumayan untuk menghemat satu slot USB), dan harganya yang terjangkau (sekitar
Rp 88.000).
Keyboard yang lama |
OK, pindah ke keyboard
baru saya. Yeay! Tipe ini mekanik, jadi harganya pasti jauh lebih mahal
dibanding keyboard lama saya. Keyboard ini bernama Ducky Zero TKL. Well,
awalnya saya mengincar CM Storm QuickFire Rapid. Sayangnya, keberadaan barang
tersebut sudah tergantikan oleh QuickFire Rapid-i. Kenapa tidak membeli
Rapid-i? Harganya itu, mencapai kisaran Rp 1,4 juta. Rapid sendiri berada di
kisaran Rp 860.000. Setelah keliling beberapa toko di Mangga Dua, maka saya
putuskan mengalihkan sasaran ke Ducky Zero TKL.
Kemasan Ducky Zero TKL |
TKL berarti TenKeyLess. Atau,
keyboard berukuran compact, yaitu yang memiliki layout seperti di laptop 14
inci ke bawah. Alias tanpa numpad. Well, pemotongan numpad berarti pengurangan
biaya, yang berarti harganya menjadi lebih murah. Keyboard ini tampil minimalis
: tanpa numpad, tanpa backlit, tanpa makro. Well, saya rela kehilangan itu
semua jika melihat harga yang ditawarkan.
Sebenarnya produk ini
memiliki 3 tipe switch. Kesemuanya Cherry MX, yaitu Brown, Black, dan Blue. Nah,
saya memilih yang Blue, mengingat Blue merupakan tactile-based dengan bunyi
klik yang nyaring. Bagi beberapa orang, Brown merupakan pilihan terbaik
mengingat kenyamanan all around baik untuk gaming atau mengetik. Namun,
minusnya suara ‘klik’ menjadi minus sendiri bagi saya. Saya begitu menyukai
suara tersebut, karena benar-benar terasa berbeda dengan keyboard biasa.
Cherry MX Blue |
Walau TKL, namun keyboard
ini berbobot 1,2 kg. Berat juga, gumam saya ketika membawanya di tas. Ini berimbas
pada keyboard yang kokoh dan statis dalam penggunaan, sehingga posisinya hampir
tidak bergerak ketika digunakan. Terdapat rubber band di bawahnya, dan tentu
saja sandaran untuk memberikan pengalaman mengetik yang lebih maksimal. Sayangnya,
keyboard ini tidak menyediakan palm rest.
Fokus ke fitur tambahan,
terdapat tombol function di keyboard ini. F1-F3 digunakan untuk mengatur repeat
delay time, F5-F7 untuk mengatur repeat rate, F10 untuk mengunci tombol
Windows, dan F12 untuk N-Key Rollover via USB. Dua fungsi pertama masih belum
saya mengerti. Sedangkan fungsi terakhir berguna untuk mengaktifkan
anti-ghosting. Jika fitur ini dinonaktifkan, maka secara default yang aktif
adalah 6-key rollover, yang artinya keyboard hanya dapat mendaftarkan 6 tombol
yang ditekan secara bersamaan. Menariknya, di seluruh tombol fungsi di atas,
terdapat LED indicator untuk menandakan apakah fungsi itu sedang digunakan. Tombol
Caps Lock dan ScrLk juga mendapat perlakuan yang sama.
Indikator LED berwarna biru. Sweet! |
Selain itu, tombol fungsi
juga dapat digunakan untuk mengatur volume suara, apakah mute, increase, atau
decrease. Kombinasi yang digunakan adalah tombol Fn + salah satu antara Del,
End, dan PgDn. Keberadaan tombol Fn dan volume control yang cukup dekat membuat
akses ke fungsi tersebut dapat dilakukan oleh satu tangan.
Ada petunjuk tambahan jika ditekan berbarengan dengan tombol Fn |
Beralih ke kelengkapan,
keyboard ini cukup minimalis. Terdapat buku panduan yang bentuknya unik. Awalnya
saya mengira itu adalah stiker. Oh silly me hahaha. Selain manual, ada keycap
puller dengan bentuk khas Ducky Zero, keycap replacement untuk WASD (berwarna
merah muda, hahaha), dan pelindung keyboard untuk melindungi keyboard dari debu
ketika sedang tidak digunakan. Sangat disayangkan keyboard ini tidak dilengkapi
dengan konverter dari USB ke PS2.
Perlengkapan yang disediakan |
Keycap puller yang 'Ducky' banget |
Keycap WASD harus tampil beda :D |
Mengenai kabel yang
digunakan, kualitasnya tergolong biasa saja. Kabelnya tidak bisa dilepas, tidak
braided, dan ujung USB-nya belum gold-plated. Panjangnya sekitar 1,2 meter
kalau saya tidak salah. Yang saya suka dari kabelnya adalah ketebalannya yang
cukup baik, sehingga tidak cukup khawatir mudah rusak.
Berbicara mengenai
kenyamanan dalam mengetik, saya belum dapat berbicara banyak. Masih terdapat
beberapa kesalahan ketik. Ini wajar, mengingat saya masih belum terbiasa. Penekanan
tombol juga masih mencapai dasar, padahal switch Blue memilikii actuation
distance 2 mm, atau setengah dari jarak ke dasar. Mungkin setelah beberapa hari
menggunakannya, saya akan merasakan manfaat maksimal dari keyboard mekanik.
Sejauh ini, saya cukup
puas dengan keyboard ini. Singkatnya, untuk harganya yang “hanya” Rp 770.00,
money well spent menurut saya. Untuk Anda yang ingin membeli keyboard membran
seharga Rp 500.000 ke atas, lebih baik Anda menundanya dan menabung lagi. Walau
bagaimana bagusnya keyboard membran, keyboard mekanik akan memberikan
pengalaman yang lebih baik. Awalnya saya merasa perkataan “sekali Anda mencoba
keyboard mekanik, Anda tidak akan mau kembali menggunakan keyboard membran”
terlalu berlebihan. Namun, setelah saya menggunakannya sendiri, saya mengakui
perkataan itu benar adanya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar