Wah..sudah lama saya tidak ngeblog lagi. Kesibukan di Fakultas Ilmu Komputer (atau CS nama kerennya) Univ Indonesia membuat saya rada malas buat blogging. Namun, saya ingin share nih. Di fakultas kami, yang namanya sumber pelajaran luar biasa banyak dan beragam. Buku fisik bukanlah sesuatu yang utama. Nah ini berita bagus. Kenapa? Karena saya ga perlu buang duit buat beli buku setebal ribuan halaman itu yang harganya paling murah 200-an ribu gitu. Dan ada 3 buku yang dipakai. Jadi, ya 800-an ribu ga kemana kalau mau koleksi ketiganya. Namun, bagi yang ga minat bawa “beban” ke kampus, ada cara lain : ebook!
Ga tau kebetulan atau ga, di CS UI kami diberikan materi elektronik oleh kakak kelas angkatan 2010. Di samping itu, angkatan kami juga aktif mencari versi digital dari buku yang direkomendasikan dosen yang 3 buku tadi. Setelah mendapat semuanya, saya pikir ga ada gunanya beli yang fisik. Bagusan uangnya disimpan untuk beli tablet Android aja. (Amin, moga aja kesampaian).
Cari
Quick Info
WATCH_DOGS 2 banyak menuai pujian, terutama di PC mengingat optimasi yang bagus yang dibawanya. Tentu ini menjadi angin segar bagi PC gamer ketika di beberapa waktu lalu terdapat beberapa game level AAA yang memiliki optimasi buruk ketika diluncurkan.
Semoga apa yang dilakukan WD2 menjadi tren di PC gaming tahun depan :)
22 September 2011
12 September 2011
Tips Menghemat Baterai pada Android
Saat ini, Android menjadi primadona smartphone bersama iPhone. Hal tersebut tidak terbantahkan, mengingat banyak produsen smartphone yang menanamkan sistem Android di produknya. Bahkan Nokia yang sudah lama menjadi raja smartphone dengan Symbian-nya harus mengaku kalah. Alasannya, Android menyediakan Android Market yang merupakan markas aplikasi dan game gratis. Selain itu, spesifikasinya yang melebihi rata-rata smartphone lain membuat Android cocok untuk 3D gaming dan aplikasi office.
Namun, di balik kehebatannya itu, Android memiliki momok menakutkan bernama baterai. Baterai Android terkenal dengan keborosannya, yang bahkan bisa mengalahkan keborosan Blackberry. Nah, kali ini, kita akan membahas mengenai cara menghemat baterai perangkat Android kamu.
Cara pertama, tentu saja set penerimaan sel. Jika kamu tidak sedang butuh internet, sebaiknya kamu menonaktifkan mode 3G (WCDMA). Menghidupkan penerimaan 3G akan menguras baterai dengan cepat, karena sulitnya menangkap sinyal 3G. Jadi, Android kamu diharuskan bekerja lebih keras untuk menangkap sinyal, yang berujung pada umur baterai yang memendek.
Kedua, turunkan tingkat brightness Android kamu. Penulis pribadi menurunkan brightness sampai ke titik terendah. Memang, di bawah matahari layar kelihatan kurang jelas, namun efeknya baterai bisa bertahan lebih lama. Oh ya, jangan lupa set display timeout sekecil mungkin. Berhubung layar menyumbang pemakaian terbesar baterai dalam sistem Android (sampai 60%), hemat-hematlah memakai layar. Hehehe.
Ketiga, minimalkan aplikasi yang sedang berjalan. Gunakan aplikasi task killer seperti Advanced Task Killer yang berfungsi untuk mematikan background application. Sama seperti Windows, Android juga mempunyai beberapa aplikasi yang berjalan secara tersembunyi atau di balik layar (selain aplikasi yang sedang aktif). Semakin banyak aplikasi background, semakin banyak resource memory dan prosesor yang dipakai, yang berujung pada semakin cepat habisnya baterai Android kamu. Jadi, matikan saja semua aplikasi background kecuali kalau kamu tahu bahwa aplikasi tersebut dibutuhkan.
Keempat, minimalkan pemakaian speaker. Speaker cukup menguras baterai. Jika tidak terlalu memaksa, penulis menyarankan memakai headset daripada speaker.
Dan yang terakhir yang dapat penulis berikan adalah bijak dalam bermain game dan internetan. Kedua aktivitas itu rakus baterai. Apalagi jika kamu terus mengaktifkan mode internet, maka Android kamu akan terus berhubungan dengan internet. Aplikasi seperti chatting client, Facebook, Twitter, dan Gmail akan terus membuat Android kamu memakai akses internet. Dan jika itu tetap begitu, daya baterai akan turun drastis.
Nah, kesimpulannya, bijak dalam memakai Android. Dengan segala kelebihannya, Android tetaplah sebuah ciptaan yang tak luput dari kesalahan.
Namun, di balik kehebatannya itu, Android memiliki momok menakutkan bernama baterai. Baterai Android terkenal dengan keborosannya, yang bahkan bisa mengalahkan keborosan Blackberry. Nah, kali ini, kita akan membahas mengenai cara menghemat baterai perangkat Android kamu.
Cara pertama, tentu saja set penerimaan sel. Jika kamu tidak sedang butuh internet, sebaiknya kamu menonaktifkan mode 3G (WCDMA). Menghidupkan penerimaan 3G akan menguras baterai dengan cepat, karena sulitnya menangkap sinyal 3G. Jadi, Android kamu diharuskan bekerja lebih keras untuk menangkap sinyal, yang berujung pada umur baterai yang memendek.
Kedua, turunkan tingkat brightness Android kamu. Penulis pribadi menurunkan brightness sampai ke titik terendah. Memang, di bawah matahari layar kelihatan kurang jelas, namun efeknya baterai bisa bertahan lebih lama. Oh ya, jangan lupa set display timeout sekecil mungkin. Berhubung layar menyumbang pemakaian terbesar baterai dalam sistem Android (sampai 60%), hemat-hematlah memakai layar. Hehehe.
Ketiga, minimalkan aplikasi yang sedang berjalan. Gunakan aplikasi task killer seperti Advanced Task Killer yang berfungsi untuk mematikan background application. Sama seperti Windows, Android juga mempunyai beberapa aplikasi yang berjalan secara tersembunyi atau di balik layar (selain aplikasi yang sedang aktif). Semakin banyak aplikasi background, semakin banyak resource memory dan prosesor yang dipakai, yang berujung pada semakin cepat habisnya baterai Android kamu. Jadi, matikan saja semua aplikasi background kecuali kalau kamu tahu bahwa aplikasi tersebut dibutuhkan.
Keempat, minimalkan pemakaian speaker. Speaker cukup menguras baterai. Jika tidak terlalu memaksa, penulis menyarankan memakai headset daripada speaker.
Dan yang terakhir yang dapat penulis berikan adalah bijak dalam bermain game dan internetan. Kedua aktivitas itu rakus baterai. Apalagi jika kamu terus mengaktifkan mode internet, maka Android kamu akan terus berhubungan dengan internet. Aplikasi seperti chatting client, Facebook, Twitter, dan Gmail akan terus membuat Android kamu memakai akses internet. Dan jika itu tetap begitu, daya baterai akan turun drastis.
Nah, kesimpulannya, bijak dalam memakai Android. Dengan segala kelebihannya, Android tetaplah sebuah ciptaan yang tak luput dari kesalahan.
10 September 2011
Perangkat Android Pertamaku : Sony Ericsson Xperia X8!
Akhirnya, keinginan ku untuk memiliki perangkat Android kesampaian juga. Ayah saya memberikan saya Sony Ericsson Xperia X8 yang baru beberapa minggu dipakainya dengan alasan pengoperasiannya yang tergolong susah (iya juga sih, buat orang awam agak susah). Walau awalnya saya menganggap remeh Sony Ericsson Xperia X8, namun pada akhirnya saya menemukan hal lain yang belum terjamah selama dipakai ayah saya. Apa saja itu?
Sony Ericsson Xperia X8 memiliki spesifikasi Android low-end. Dengan prosesor 600 MHz, RAM yang sayangnya hanya 180 MB, internal storage 200 MB (usable hanya sekitar 100-an MB), kamera 3 MP minus auto focus dan flash, dan yang lebih menyakitkan layar yang katanya kapasitif namun belum multi touch. Aduh, buat yang terakhir ini saya ampun. Pengalaman gaming nantinya akan sangat tidak memuaskan. Ibarat bermain bola hanya dengan satu kaki. Kebayang ga? -_-
Namun, apa mau dikata, saya sudah terlanjur setuju menukar Sony Ericsson C510 saya yang kameranya aduhai dengan Sony Ericsson Xperia X8 karena faktor app : saya bisa baca PDF materi kuliah Fasilkom UI, scan qr code, dll. Yes! First Android, walau sebenarnya saya memohon pada orang tua untuk membelikan Acer Iconia Tab A500. Berhubung uang orang tua sudah sangat banyak saya habiskan untuk kuliah, ya jadi saya coba syukuri aja apa yang ada, semoga Allah memberi lebih.
OK, dengan segala kelemahannya, hanya ada 2 hal yang saya suka dari Sony Ericsson Xperia X8 : sistem Android (sayang masih Eclair), akhirnya saya bisa jalankan file APK dengan maksimal (dulu sempat coba emulator dan Android versi PC, namun karena banyak APK dibuat dengan code yang hanya dimengerti prosesor ARM, jadi ga jalan deh), dan yang kedua adalah Timescape. Hehehe saya akan puas melihat foto orang-orang yang keep in touch dengan saya melalui fitur ini. Walau pada akhirnya saya senang fitur ini tidak lagi ada di Sony Ericsson Xperia X8 yang sudah saya instal custom ROM. Hehehe.
Masalah pertama, storage. Hanya sedikit yang bisa saya instal. Game casual dan arcade rata-rata di atas 10 MB, belum lagi aplikasi yang rata-rata 2 MB ke atas. Bahkan app Doc To Go berukuran hampir 6 MB. Yang tergolong kecil malah game HD yang sudah di-convert ke ukuran layar Sony Ericsson Xperia X8. Namun, tidak adanya multi touch membuat game HD kurang nyaman untuk dimainkan. Berhubung masih Eclair 2.1, App2SD atau Link2SD tidak bisa diinstal. Demi kesenangan, saya mencari cara untuk memperbesar storage. Ada dua kemungkinan yang saya temui : instal App2SD untuk Eclair (resiko tinggi) atau instal custom ROM Froyo yang banyak bertebaran di internet. Sekadar info, Froyo sudah native support App2SD atau Link2SD.
Nah, setelah saya baca step by step kedua metode, saya cukup ragu. Metode pertama butuh pemecahan micro SD menjadi beberapa partisi ditambah perintah terminal ADB (sampai sekarang saya belum tahu ADB itu apa), dan metode kedua membutuhkan flashing baseband yang jika sampai salah bisa menyebabkan Sony Ericsson Xperia X8 tidak bisa memakai jalur internet cepat HSPA. Keduanya bahkan bisa menyebabkan bootloop (booting yang terus berulang) dan bricked (smartphone dalam keadaan tewas/rusak berat). Beneran loh, di testimonial saya lihat ada yang stuck di logo Sony Ericsson, mengalami kegagalan lainnya, namun ada juga yang berhasil.
Takut sih, nanti kalau rusak gimana mau berhubungan dengan orang tua yang nun jauh di Medan? Namun, didorong sifat curiousty luar biasa dari dalam diri saya (sekadar info, kalau sifat ini ga ada pada diri saya, saya akan menjadi manusia yang gaptek dan ga akan buat blog dan tulisan ini) dan kebutuhan akan solusi storage, saya pun beranikan diri. Oh ya, info lagi nih. Dalam masalah coba-coba gini saya jagonya, maksudnya jago dalam keberanian. Namun, hasilnya ya 50-50 lah, dalam dua percobaan nekat, satu berhasil satu gagal. Masih teringat saat saya iseng memperbaiki analog joystick yang rusak namun gagal memasangnya kembali, atau saat melepas mobo dari CPU namun kesulitan memasukkan kembali.
Akhirnya saya mantapkan pilihan ke metode kedua. Adalah blog seorang Sony Ericsson Xperia X8 enthusiast, ArtoSeven, yang mendorong saya berkat penjelasan step by stepnya. Walau di komentarnya adalah ratusan yang bermasalah, saya kalem aja. Proses pertama tentu aja back up data kontak, SMS, dan data file di micro SD. Mana tau ga sengaja kena format ulang micro SD nya. Kemudian instal xRecovery demi membuat back up keseluruhan sistem buat aman, mana tau custom ROM yang dipakai nantinya ga stabil dan ingin balik ke asal. Namun, instal xRecovery ini agak sulit, yaitu harus rooting Sony Ericsson Xperia X8 supaya dapat akses super user (kalau di Windows, namanya administrator). Rooting saya memakai SuperOneClick Root. Lalu, saya harus men-download BusyBox dari Market, dan menginstal Root Explorer. Selanjutnya dengan Root Explorer saya harus pindahkan 3 file penting ke folder sistem. Restart HP dengan cemas, lalu menekan tombol Back berkali-kali ketika muncul teks Sony Ericsson berwarna putih. Dan...tada muncullah xRecovery. Saya pun melakukan back up sistem. 50 % sudah progres berjalan.
Lalu saya download file custom ROM dari blog ArtoSeven. Sayang, dikatakan di sana harus memiliki Sony Ericsson Xperia X8 dengan baseband berakhiran 15. Dan itu bukan Sony Ericsson Xperia X8 saya! Akhirnya saya melakukan flashing, dan sayang di aplikasi berbasis Windows itu dikatakan model yang didukung adalah Eclair 2.1.1 atau yang sudah di-update, dan punya saya lagi-lagi tidak seperti itu (baru versi 2.0.1). Akhirnya saya mencari ROM Eclair 2.1.1, lalu dengan bantuan xRecovery saya me-restore ROM itu menjadi OS baru menimpa yang lama. Cara update yang tidak bersahabat karena menimpa sistem keseluruhan dan menghilangkan user data dan app. Ga masalah sih, karena progres baru 60 %. Lalu, karena sudah pas dengan requirement flashing, next step adalah flashing. Ini pun saya cemas banget. Eh...syukur alhamdulillah kelar dan baseband sudah berubah. Progres 70 %.
Lalu saya download custom ROM editan ArtoSeven yang berbasiskan MiniCM 0.6, dan diberi nama Nexus X8. Cara porting ke Sony Ericsson Xperia X8-nya mudah, dengan mengubah file ROM menjadi update.zip, lalu diinstal melalui xRecovery. Custom ROM ini mengecewakan karena saya tidak bisa me-restore contact dan SMS saya, dan juga koneksi internet yang ga akan jalan sebelum di-set APN nya secara manual. Percobaan pertama sukses tapi tidak memuaskan. Saya putuskan kembali ke Eclair 2.0.1 (bawaan awal).
Esoknya, saya mengunjungi blog ArtoSeven dan menemukan adanya custom ROM berbasis MiniCM 0.6 yang diberi nama Arc X8. Yang buat saya antusias adalah adanya app bawaan Sony Ericsson Xperia X8 yang bernama Backup and Restore. Jadi, back up kontak dan SMS yang sudah saya buat di awal-awal tadi bisa di-restore. Prosesnya sama dengan Nexus X8 tadi. Setelah sukses, saya restore back up-nya dan tada...everything back to normal! SMS sama seperti saat dulu, koneksi internet langsung jalan. Sayang, kontak ga keliatan, namun jika ingin mengirim SMS di kotak To: jika kita ketik namanya akan muncul. Jadi, buat cari kontak saya harus melalui SMS. Selebihnya bagus lah. Oh ya, koneksi jadi agak lemot. Dulu, di Eclair 2.0.1 ada opsi 3G only, jadi so pasti ngebut. Ini hanya ada 2G/3G mode.
Selebihnya...yes it’s Froyo dan sudah ada App2SD bawaan. Internal memory 200 MB semuanya usable buat app. Interface menu dan docking Sony Ericsson Xperia Arc. Mode SMS seperti chat Facebook, dimana di sebelah kiri pesan terdapat foto si pengirim pesan. Adanya folder untuk menggabungkan app yang sejenis, sama seperti iPhone. Dan interface penguncian yang sama dengan Samsung Galaxy (atau memang bawaan Froyo ya? Hehehe). Ada juga live wallpaper, sepaket wallpaper Android Honeycomb lengkap dengan widget jam Honeycomb, car kit, dan bisa instal Google+ (hanya berjalan di Android versi 2.2 ke atas). Ga lupa ada Gallery 3D yang kayak Samsung Galaxy (atau memang bawaan Froyo ya? Hehehe), dan juga modul pinch to zoom! Progres 100%!
Sampai sekarang, saya masih memakai ROM ini. Stabil kok. Memuaskan. Sony Ericsson Xperia X8, from minimum to maximum. Hanya itu saja? Belum, belum selesai. artoSeven juga menyertakan dua app berguna : SetCPU dan Quadrant Advanced. SetCPU adalah app untuk overclock CPU (sekali lagi, overclock). Dalam hati saya, yes akhirnya saya melakukan overclock. Hahaha. Serius loh. ArtoSeven menyarankan untuk men-set maximum clock ke 710 MHz. Yes... Sony Ericsson Xperia X8 punya saya memiliki prosesor 710 MHz, hanya berbeda 90 MHz lebih kecil daripada Samsung Galaxy Ace atau Gio. Dan app kedua adalah untuk benchmark smartphone Android. Skor yang didapat cukup tinggi berkat OS Froyo dan prosesor. Skornya jauh melampaui X10, HTC Desire, dan mengungguli Nexus One dan Samsung Galaxy S. Skor yang diraih 1085, hanya kalah dari Nexus One 2.2+ dan Moto Droid X.
Nah, begitulah cerita saya bersama Sony Ericsson Xperia X8. Semoga masih banyak hal baru yang bisa saya temukan bersama Sony Ericsson Xperia X8. (Oh ya, saya menantikan perkembangan Gingerbread untuk Sony Ericsson Xperia X8. Sekarang masih banyak bug, jadi Froyo dulu yang jadi pilihan).
Special thanks to : ArtoSeven
Sony Ericsson Xperia X8 memiliki spesifikasi Android low-end. Dengan prosesor 600 MHz, RAM yang sayangnya hanya 180 MB, internal storage 200 MB (usable hanya sekitar 100-an MB), kamera 3 MP minus auto focus dan flash, dan yang lebih menyakitkan layar yang katanya kapasitif namun belum multi touch. Aduh, buat yang terakhir ini saya ampun. Pengalaman gaming nantinya akan sangat tidak memuaskan. Ibarat bermain bola hanya dengan satu kaki. Kebayang ga? -_-
Namun, apa mau dikata, saya sudah terlanjur setuju menukar Sony Ericsson C510 saya yang kameranya aduhai dengan Sony Ericsson Xperia X8 karena faktor app : saya bisa baca PDF materi kuliah Fasilkom UI, scan qr code, dll. Yes! First Android, walau sebenarnya saya memohon pada orang tua untuk membelikan Acer Iconia Tab A500. Berhubung uang orang tua sudah sangat banyak saya habiskan untuk kuliah, ya jadi saya coba syukuri aja apa yang ada, semoga Allah memberi lebih.
OK, dengan segala kelemahannya, hanya ada 2 hal yang saya suka dari Sony Ericsson Xperia X8 : sistem Android (sayang masih Eclair), akhirnya saya bisa jalankan file APK dengan maksimal (dulu sempat coba emulator dan Android versi PC, namun karena banyak APK dibuat dengan code yang hanya dimengerti prosesor ARM, jadi ga jalan deh), dan yang kedua adalah Timescape. Hehehe saya akan puas melihat foto orang-orang yang keep in touch dengan saya melalui fitur ini. Walau pada akhirnya saya senang fitur ini tidak lagi ada di Sony Ericsson Xperia X8 yang sudah saya instal custom ROM. Hehehe.
Masalah pertama, storage. Hanya sedikit yang bisa saya instal. Game casual dan arcade rata-rata di atas 10 MB, belum lagi aplikasi yang rata-rata 2 MB ke atas. Bahkan app Doc To Go berukuran hampir 6 MB. Yang tergolong kecil malah game HD yang sudah di-convert ke ukuran layar Sony Ericsson Xperia X8. Namun, tidak adanya multi touch membuat game HD kurang nyaman untuk dimainkan. Berhubung masih Eclair 2.1, App2SD atau Link2SD tidak bisa diinstal. Demi kesenangan, saya mencari cara untuk memperbesar storage. Ada dua kemungkinan yang saya temui : instal App2SD untuk Eclair (resiko tinggi) atau instal custom ROM Froyo yang banyak bertebaran di internet. Sekadar info, Froyo sudah native support App2SD atau Link2SD.
Nah, setelah saya baca step by step kedua metode, saya cukup ragu. Metode pertama butuh pemecahan micro SD menjadi beberapa partisi ditambah perintah terminal ADB (sampai sekarang saya belum tahu ADB itu apa), dan metode kedua membutuhkan flashing baseband yang jika sampai salah bisa menyebabkan Sony Ericsson Xperia X8 tidak bisa memakai jalur internet cepat HSPA. Keduanya bahkan bisa menyebabkan bootloop (booting yang terus berulang) dan bricked (smartphone dalam keadaan tewas/rusak berat). Beneran loh, di testimonial saya lihat ada yang stuck di logo Sony Ericsson, mengalami kegagalan lainnya, namun ada juga yang berhasil.
Takut sih, nanti kalau rusak gimana mau berhubungan dengan orang tua yang nun jauh di Medan? Namun, didorong sifat curiousty luar biasa dari dalam diri saya (sekadar info, kalau sifat ini ga ada pada diri saya, saya akan menjadi manusia yang gaptek dan ga akan buat blog dan tulisan ini) dan kebutuhan akan solusi storage, saya pun beranikan diri. Oh ya, info lagi nih. Dalam masalah coba-coba gini saya jagonya, maksudnya jago dalam keberanian. Namun, hasilnya ya 50-50 lah, dalam dua percobaan nekat, satu berhasil satu gagal. Masih teringat saat saya iseng memperbaiki analog joystick yang rusak namun gagal memasangnya kembali, atau saat melepas mobo dari CPU namun kesulitan memasukkan kembali.
Akhirnya saya mantapkan pilihan ke metode kedua. Adalah blog seorang Sony Ericsson Xperia X8 enthusiast, ArtoSeven, yang mendorong saya berkat penjelasan step by stepnya. Walau di komentarnya adalah ratusan yang bermasalah, saya kalem aja. Proses pertama tentu aja back up data kontak, SMS, dan data file di micro SD. Mana tau ga sengaja kena format ulang micro SD nya. Kemudian instal xRecovery demi membuat back up keseluruhan sistem buat aman, mana tau custom ROM yang dipakai nantinya ga stabil dan ingin balik ke asal. Namun, instal xRecovery ini agak sulit, yaitu harus rooting Sony Ericsson Xperia X8 supaya dapat akses super user (kalau di Windows, namanya administrator). Rooting saya memakai SuperOneClick Root. Lalu, saya harus men-download BusyBox dari Market, dan menginstal Root Explorer. Selanjutnya dengan Root Explorer saya harus pindahkan 3 file penting ke folder sistem. Restart HP dengan cemas, lalu menekan tombol Back berkali-kali ketika muncul teks Sony Ericsson berwarna putih. Dan...tada muncullah xRecovery. Saya pun melakukan back up sistem. 50 % sudah progres berjalan.
Lalu saya download file custom ROM dari blog ArtoSeven. Sayang, dikatakan di sana harus memiliki Sony Ericsson Xperia X8 dengan baseband berakhiran 15. Dan itu bukan Sony Ericsson Xperia X8 saya! Akhirnya saya melakukan flashing, dan sayang di aplikasi berbasis Windows itu dikatakan model yang didukung adalah Eclair 2.1.1 atau yang sudah di-update, dan punya saya lagi-lagi tidak seperti itu (baru versi 2.0.1). Akhirnya saya mencari ROM Eclair 2.1.1, lalu dengan bantuan xRecovery saya me-restore ROM itu menjadi OS baru menimpa yang lama. Cara update yang tidak bersahabat karena menimpa sistem keseluruhan dan menghilangkan user data dan app. Ga masalah sih, karena progres baru 60 %. Lalu, karena sudah pas dengan requirement flashing, next step adalah flashing. Ini pun saya cemas banget. Eh...syukur alhamdulillah kelar dan baseband sudah berubah. Progres 70 %.
Lalu saya download custom ROM editan ArtoSeven yang berbasiskan MiniCM 0.6, dan diberi nama Nexus X8. Cara porting ke Sony Ericsson Xperia X8-nya mudah, dengan mengubah file ROM menjadi update.zip, lalu diinstal melalui xRecovery. Custom ROM ini mengecewakan karena saya tidak bisa me-restore contact dan SMS saya, dan juga koneksi internet yang ga akan jalan sebelum di-set APN nya secara manual. Percobaan pertama sukses tapi tidak memuaskan. Saya putuskan kembali ke Eclair 2.0.1 (bawaan awal).
Esoknya, saya mengunjungi blog ArtoSeven dan menemukan adanya custom ROM berbasis MiniCM 0.6 yang diberi nama Arc X8. Yang buat saya antusias adalah adanya app bawaan Sony Ericsson Xperia X8 yang bernama Backup and Restore. Jadi, back up kontak dan SMS yang sudah saya buat di awal-awal tadi bisa di-restore. Prosesnya sama dengan Nexus X8 tadi. Setelah sukses, saya restore back up-nya dan tada...everything back to normal! SMS sama seperti saat dulu, koneksi internet langsung jalan. Sayang, kontak ga keliatan, namun jika ingin mengirim SMS di kotak To: jika kita ketik namanya akan muncul. Jadi, buat cari kontak saya harus melalui SMS. Selebihnya bagus lah. Oh ya, koneksi jadi agak lemot. Dulu, di Eclair 2.0.1 ada opsi 3G only, jadi so pasti ngebut. Ini hanya ada 2G/3G mode.
Selebihnya...yes it’s Froyo dan sudah ada App2SD bawaan. Internal memory 200 MB semuanya usable buat app. Interface menu dan docking Sony Ericsson Xperia Arc. Mode SMS seperti chat Facebook, dimana di sebelah kiri pesan terdapat foto si pengirim pesan. Adanya folder untuk menggabungkan app yang sejenis, sama seperti iPhone. Dan interface penguncian yang sama dengan Samsung Galaxy (atau memang bawaan Froyo ya? Hehehe). Ada juga live wallpaper, sepaket wallpaper Android Honeycomb lengkap dengan widget jam Honeycomb, car kit, dan bisa instal Google+ (hanya berjalan di Android versi 2.2 ke atas). Ga lupa ada Gallery 3D yang kayak Samsung Galaxy (atau memang bawaan Froyo ya? Hehehe), dan juga modul pinch to zoom! Progres 100%!
Sampai sekarang, saya masih memakai ROM ini. Stabil kok. Memuaskan. Sony Ericsson Xperia X8, from minimum to maximum. Hanya itu saja? Belum, belum selesai. artoSeven juga menyertakan dua app berguna : SetCPU dan Quadrant Advanced. SetCPU adalah app untuk overclock CPU (sekali lagi, overclock). Dalam hati saya, yes akhirnya saya melakukan overclock. Hahaha. Serius loh. ArtoSeven menyarankan untuk men-set maximum clock ke 710 MHz. Yes... Sony Ericsson Xperia X8 punya saya memiliki prosesor 710 MHz, hanya berbeda 90 MHz lebih kecil daripada Samsung Galaxy Ace atau Gio. Dan app kedua adalah untuk benchmark smartphone Android. Skor yang didapat cukup tinggi berkat OS Froyo dan prosesor. Skornya jauh melampaui X10, HTC Desire, dan mengungguli Nexus One dan Samsung Galaxy S. Skor yang diraih 1085, hanya kalah dari Nexus One 2.2+ dan Moto Droid X.
Nah, begitulah cerita saya bersama Sony Ericsson Xperia X8. Semoga masih banyak hal baru yang bisa saya temukan bersama Sony Ericsson Xperia X8. (Oh ya, saya menantikan perkembangan Gingerbread untuk Sony Ericsson Xperia X8. Sekarang masih banyak bug, jadi Froyo dulu yang jadi pilihan).
Special thanks to : ArtoSeven
Langganan:
Postingan (Atom)